Tuesday, January 4, 2011

hujan digurun pasir

VIVAnews -- Selama berabad-
abad, masyarakat yang hidup
di Timur Tengah bermimpi
untuk mengubah padang pasir
yang panas dan tandus
menjadi lahan pertanian,
dengan air yang mengalir
deras dari kran.
Kini, mimpi itu makin dekat
pada kenyataan, setelah para
ilmuwan yang dipekerjakan
pimpinan Abu Dhabi
mengklaim telah
menghasilkan serangkaian
hujan di lahan panas.

Ilmuwan mengklaim telah
menurunkan hujan di Al Ain,
di Timur Abu Dhabi,
menggunakan teknologi yang
didesain mengontrol cuaca.
Saat cuaca cerah dan tak
berawan, apalagi hujan, di
wilayah Al Ain, dengan alat
ini, justru bisa turun hujan.

Bahkan, bisa turun hujan
sampai 52 kali!
Kebanyakan hujan dihasilkan
di puncak musim panas, Juli
dan Agustus. Para ilmuwan
bekerja secara rahasia atas
perintah presiden Uni Emirat
Arab, Sheikh Khalifa bin Zayed
Al Nahyan.
Mereka menggunakan ioniser
raksasa, rangka baja yang
bentuknya seperti penutup
lampu -- untuk menghasilkan
partikel negatif.

Alat ini akan mendorong
terbentuknya formasi awan --
yang diharapkan akan memicu
turunnya hujan.
Dalam sebuah video rahasia,
pendiri perusahaan Swis yang
bertanggung jawab dalam
proyek ini, Metro Systems
International, mengklaim
telah sukses.
"Kami telah berhasil
menurunkan hujan," kata
Helmut Fluhrer, seperti
dimuat Daily Mail.

Seperti diberitakan Sunday
Times, ini adalah kali
pertamanya, sebuah sistem
mampu menciptakan hujan di
langit yang cerah.
Di masa lalu, China dan
beberapa negara lainnya
menggunakan bahan kimia
untuk menyemai awan -- baik
untuk merangsang turunnya
hujan maupun menghentikan
tumpahan air dari langit.
Juni lalu, Metro System
membangun lima ioniser atau
peng-ion dengan 20 pengemisi
yang bisa menciptakan
triliunan ion pembentuk awan
ke atmosfer.

Proyek ini dimonitor oleh Max
Planck Institute for
Meteorology, satu dari pusat
fisika atmosfer utama dunia.
Beberapa ilmuwan ragu
dengan hasil mencengangkan
proyek Abu Dhabi, apalagi
negara itu berada di pesisir
yang kemungkinan kecil bisa
mengalami curah hujan di
musim panas -- yang dipicu
naiknya uap dari laut yang
panas -- sebelum akhirnya
menjadi hujan.

Namun, penelitian
mengungkapkan, turunnya
hujan di wilayah itu bisa
terjadi setelah mesin peng-ion
dinyalakan.
Professor Peter Wilderer dari
University of Munich mengaku
menjadi saksi keajaiban
proyek ini. "Kita makin
mendekat ke sebuah titik, di
mana kita bisa meningkatkan
ketersediaan air bersih
menghadapi perubahan global
yang dramatis," kata dia.

No comments:

Post a Comment