Wednesday, December 29, 2010

cara mudah memperkuat sinyal hp

pada posting kali ini saya
menulis tentang cara
memperkuat sinyal hp
dengan mudah.
pertama tama sih pengin
memeperkuat sinyal agar
modem (hp soner sih
hehe, tp yang hsdpa boos
lho ya) bisa nangkap
sinyal lebih kuat hingga
bandwith serta speed
internet lebih cepat, yaa
logikanya sih giitu, tp
prakteknya nggak mesti
begono lhah. oiya saya
pake telkomsel corporate,
untuk infonya cari sendiri
di mbah gugel hehe, ato di
kaskus banyak yang jual
kok.
pertama tama (kok
pertama tama lagi, ya
udah deh pertamax aja),
pertamax saya pasang
alumunium foil untuk
melapisi kaleng yang
nantinya akan saya
gunakan sebagai
penangkap sinyal,. karena
menurut logika saya sih
sinyal merambat lewat
benda logam juga, dan
benda logam menengkap
sinyal (logika apaan tuh).
tp belakangan gagal cara
ini gagal.
kemudian selanjutnya
saya pasang, tepatnya ya
lilit lah. pokoknya modem
eh hp saya lilit pake
kawat tembaga (gambar
menyusul ya, oh iya yang
pake kalenmg tadi juga
gambar menyusul ya)
agar bisa nangkap sinyal
(logikanya sih gitu hehe).
namun ….apa daya cara itu
tidak selalu berhasil ya
mas mbak.
kemudian dapet inspirasi
lain yang rada nyeleneh,
yaitu ….modem eh hp saya
letakkan di atas tv, dekat
antena dalam (gambar
menyusul), karena secara
logika saya (buju buseet
saya baru nyadar ternyata
saya banyak logika juga
yach) hal ini dapat
memperkuat sinyal. tp
ragu ragu juga kalo hp
langsung taktaruh di atas
tv bisa menyebabkan
kanker, gangguan
kehamilan dan janin, eh
bukan itu ding, kamsudku
bisa merusak hp karena
gelombang
elektromagnetik dari tv
itu lho.
pertamax sih (heee lhoo
kok pertamax lagi ya)
sinyal dapet, tp langsung
ilang coz saia takut hp
rusak, jadi dengan penuh
kesabaran, niat, dan
keberanian hehe, akhirnya
saya kombinasikan antara
meletakkan modem eh hp
di atas tv di atas kaleng
yang sudah taklapisi
alumunium foil (gambar
menyusul juga yach).
yach selama ini sih masih
bagus bagus saja
sinyalnya, nggak tahu
besok besok kayak
gemono sih
semoga aja tetap lancar
jaya internetan saya
hidup internet!

Thursday, December 23, 2010

2032 Ikan Terbang BisaMusnah

VIVanews - Bila tidak
dilestarikan dengan baik, jenis
ikan terbang di Indonesia pada
2032 akan musnah. Indikasi ini
bisa dilihat dari semakin
menurunnya jumlah jenis ikan
yang banyak ditemui di
perairan Sulawesi Selatan dari
tahun ke tahun.
Demikian diungkapkan
Dr.Augy Syahailatua, Kepala
Bidang Sumber Daya Laut
Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) dalam Diskusi
FORWARA (Forum Wartawan
Kesra) di Kantor Kementerian
Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat
(Kemenko Kesra) Jum'at (3/4).
Augy yang putra daerah
Maluku ini mengatakan,
penduduk di pesisir Sulawesi
Selatan selama ini memang
dikenal memburu ikan
terbang, tapi yang paling
diburu sebenarnya adalah
telurnya. Para nelayan
tersebut bahkan sampai ke
Papua Barat untuk mencari
telur ikan terbang.
Mereka jumlahnya tidak
hanya dihitung dengan jari,
akan tetapi puluhan kapal
yang memburu telur ikan
terbang tersebut. "Hitung
saja, bila dalam satu kapal itu
ada lima orang. Berapa
banyak yang pergi untuk
memburu telur ikan terbang,"
ungkap Augy Syahailatua.
Sementara itu, Abdul Halim,
peneliti dari The Nature
Conservancy (TNC) Coral
Triangle Center (CTC)
berpandangan, guna
menghindari degradasi
ekosistem laut perlu
peningkatan peran
pemerintah daerah.
Artinya, bagaimana
pemerintah daerah melalui
lembaga terkait memiliki
program-program konservasi
sumber daya laut di
daerahnya. Peran masyarakat
lokal juga begitu perlu.
Oleh karenanya TNC CTC
senantiasa mensosialisasikan
betapa perlunya menjaga
kelestarian ekosistem laut
pada masyarakat pesisir.
Diharapkan, pemerintah
daerah juga bisa berbuat
demikian.

Dari Tangerang MenaklukanDunia

VIVAnews--WARSITO nyaris
gila saat komputer kerjanya
hangus terbakar disambar
petir. Hanya satu laptop
tersisa, dan itu juga tiba-tiba
jebol. Ini cobaan berat: di
komputer itu, hasil riset
belasan tahun hilang tak
berjejak.
Hampir sepekan dia berdiam
diri di kamar. Mimpinya
seperti kandas. Dia ingin
menciptakan alat pemindai
empat dimensi (4D) berbasis
teknologi Electrical
Capacitance Volume-
Tomography (ECVT). Itu
teknologi pemindaian tiga
dimensi (3D), dengan obyek
bergerak berkecepatan tinggi,
sehingga menghasilkan citra
4D.
Getir. Tapi dia harus bangkit,
dan tak boleh menyerah.
Musibah itu memaksanya
kembali membongkar arsip,
dan catatan riset. Satu tim
ahli dibentuknya membantu
kerja besar itu. Mereka dari
Center for Tomography
Research Laboratory (CTECH
Labs).
Barangkali itu hikmah di balik
musibah. Sebelumnya, dia
malas membongkar data yang
tersimpan belasan tahun.
Semuanya bertumpuk seperti
bangunan tumpang tindih. Tak
ada cara lain merapikannya,
kecuali membongkar, dan
membangun ulang dari nol.
"Mungkin di sini kunci
keberhasilan itu," katanya
kepada VIVAnews.
Pada 2004, riset itu kelar. Tapi
masih dalam bentuk simulasi.
Meski begitu, temuan Warsito
segera menjadi incaran
sejumlah perusahaan
terkemuka dunia. Teknologi
pemindai 4D pertama di dunia
itu akhirnya dipatenkan di
Amerika Serikat, dan lembaga
paten internasional PTO/WO
pada 2006.

Orang Kediri Sukses di NegeriJepang

VIVAnews - INSPIRASI besar
memang bisa datang dari
mana saja, termasuk dari film
animasi untuk anak-anak.
Anda mungkin tak pernah
mengira, sebuah film anime
Jepang ternyata bisa
mengilhami penemuan penting
yang merevolusi anggapan tak
terpatahkan di jagat transmisi
telekomunikasi nirkabel.
Tapi cerita itulah yang terjadi
pada diri Khoirul Anwar,
dosen sekaligus peneliti asal
Indonesia yang bekerja di
laboratoriom Information
Theory and Signal Processing,
Japan Advanced Institute of
Science and Technology, di
Jepang.
Saat terdesak karena harus
mengajukan tema penelitian
untuk mendapatkan dana
riset, Khoirul memeras
otaknya. Akhirnya ide itu
muncul juga dari Dragon Ball
Z, film animasi Jepang yang
kerap ia tonton.
Ketika Goku, tokoh utama
Dragon Ball Z, hendak
melayangkan jurus
terdahsyatnya, 'Genki Dama'
alias Spirit Ball, Goku akan
menyerap semua energi
mahluk hidup di alam,
sehingga menghasilkan tenaga
yang luar biasa.
"Konsep itu saya turunkan
formula matematikanya untuk
diterapkan pada penelitian
saya," kata Khoirul, kepada
VIVAnews melalui surat
elektroniknya, Jumat 13
Agustus 2010.
Maka inspirasi itu kini
mewujud menjadi sebuah
paper bertajuk "A Simple
Turbo Equalization for Single
Carrier Block Transmission
without Guard Interval."
Khoirul memisalkan jurus
Spirit Ball Goku sebagai Turbo
Equalizer (dekoder turbo)
yang mampu mengumpulkan
seluruh energi dari blok
transmisi yang ter-delay,
maupun blok transmisi
terdahulu, untuk melenyapkan
distorsi data akibat
interferensi gelombang.
Asisten Profesor berusia 31
tahun itu dapat mematahkan
anggapan yang awalnya 'tak
mungkin' di dunia
telekomunikasi. Kini sebuah
sinyal yang dikirimkan secara
nirkabel, tak perlu lagi
diperisai oleh guard interval
(GI) untuk menjaganya kebal
terhadap delay, pantulan, dan
interferensi. Turbo equalizer-
lah yang akan membatalkan
interferensi sehingga receiver
bisa menerima sinyal tanpa
distorsi.
Dengan mengenyahkan GI,
dan memanfaatkan dekoder
turbo, secara teoritis malah
bisa menghilangkan rugi daya
transmisi karena tak perlu
mengirimkan daya untuk GI.
Hilangnya GI juga bisa diisi
oleh parity bits yang bisa
digunakan untuk memperbaiki
kesalahan akibat distorsi
(error correction coding).
"GI sebenarnya adalah
sesuatu yang ‘tidak berguna’
di receiver selain hanya untuk
menjadi pembatas. Jadi
mengirimkan power untuk
sesuatu yang ‘tidak berguna’
adalah sia-sia," kata Khoirul.
Gagasan ini sendiri, dikerjakan
Khoirul bersama Tadashi
Matsumoto, profesor utama di
laboratorium tempat Khoirul
bekerja. Saat itu ia dan
Tadashi hendak mengajukan
proyek ke Kinki Mobile
Wireless Center.
Setelah menurunkan formula
matematikanya secara
konkrit, Khoirul meminta
rekannya Hui Zhou, untuk
membuat programnya.
Metode ini bisa dibilang
mampu memecahkan problem
transmisi nirkabel. Apalagi ia
bisa diterapkan pada hampir
semua sistem telekomunikasi,
termasuk GSM (2G), CDMA
(3G), dan cocok untuk
diterapkan pada sistem 4G
yang membutuhkan kinerja
tinggi dengan tingkat
kompleksitas rendah.
Ia juga bisa diterapkan
Indonesia, terlebih di kota
besar yang punya banyak
gedung pencakar langit,
maupun di daerah
pegunungan. Sebab di daerah
tadi biasanya gelombang yang
ditransmisikan mengalami
pantulan dan delay lebih
panjang.
Tak heran bila temuan ini
membesut penghargaan Best
Paper untuk kategori Young
Scientist pada Institute of
Electrical and Electronics
Engineers Vehicular
Technology Conference (IEEE
VTC) 2010-Spring yang digelar
16-19 Mei 2010, di Taiwan.
Kini hasil temuan yang telah
dipatenkan itu digunakan oleh
sebuah perusahaan elektronik
besar asal Jepang. Bahkan
teknologi ini juga tengah
dijajaki oleh raksasa
telekomunikasi China, Huawei
Technology.

Tinggal di Gedung, Umur AndaLebih Cepat

VIVAnews - Sejumlah peneliti
telah mempraktekkan salah
satu teori fisikawan
terkemuka dunia, Albert
Einstein, yakni teori
relativitas. Kesimpulannya,
teori Einstein ini benar bahwa
semakin jauh dari bumi,
semakin cepat waktu berlari.
Artinya, usia anda semakin
cepat melaju jika tinggal di
atas gedung-gedung
bertingkat ketimbang di
rumah yang menapak bumi-
meski dalam hitungan yang
sangat kecil.
Kesimpulan ini disampaikan
ilmuwan asal Amerika Serikat
yang berhasil membuktikan
teori Einstein ini. Walau
konsep tersebut telah
diterima selama bertahun-
tahun, namun kini perbedaan
dapat diukur untuk pertama
kalinya dengan akurasi yang
mengagumkan.
Dengan menggunakan
sepasang jam paling akurat
sedunia, fisikawan di National
Institute of Standards and
Technology, menemukan
bahwa naik tangga ke lantai
dua dan seterusnya hanya
akan membuat usia Anda
lebih cepat.
Penelitian ini menggunakan
jam atom "logika kuantum"
yang dapat menjaga waktu
dalam hitungan satu detik
lebih dari 3,7 miliar tahun.
Jika salah satu jam akurat ini
naik satu kaki (1 kaki= 30,48
centimeter/cm), maka jam
tersebut melaju lebih cepat -
walaupun sepersekian miliar
detik. Jadi, kalau naik dua kaki
dari permukaan bumi, anda
akan mengurangi 90/miliar
per detik dari 79 tahun waktu
hidup anda. Dengan naik 10
kaki ke atas atap gedung,
dengan cepat anda
mengurangi 900/miliar per
detik dari usia 79 tahun hidup
anda.
"Dan jika ada menghabiskan
hidup anda di atas atas
gedung Empire State berlantai
102 dan tinggi 1250 kaki, anda
kehilangan 104/juta detik,"
kata salah satu peneliti James
Chin-Wen Chou seperti dilansir
dari laman The Telegraph
edisi 23 September 2010.
Mereka berhasil membuktikan
teori Einstein ini bahwa di
ketinggian waktu berjalan
lebih cepat karena pengaruh
kekuatan grativikasi
berkurang. Meski demikian
juru bicara institut ini
mengakui fenomena yang
dinamai 'gravitational time
dilation' tidak berdampak
signifikan pada hidup manusia.
"Perbedaan (waktu) terlalu
kecil untuk kehidupan
manusia. Namun, penemuan
ini bisa menyumbang
pengetahuan bagi bidang
geofisika dan lainnya," kata
juru bicara itu.
Perhitungan tim akan
digunakan untuk
meningkatkan teknologi yang
digunakan untuk mengukur
bumi dan medan gravitasi.
Temuan yang dipublikasikan
dalam jurnal Science.

Terancam Punah, BurungButuh Deodoran

VIVAnews - Selandia Baru
memiliki banyak spesies
burung asli. Salah satunya
yang paling tenar adalah kiwi.
Akan tetapi, jumlah mereka
kini merosot drastis gara-gara
dimangsa kucing, cerpelai,
dan mamalia darat lainnya.
Demikian dilansir laman The
Telegraph.
Peneliti dari Canterbury
University, Jim Briskie,
menyimpulkan tampaknya
yang jadi faktor penyebab
adalah bau badan burung-
burung itu sendiri. Bau itulah
yang membuat mereka selalu
jadi mangsa empuk predator.
Menurut Briskie, tak seperti
burung-burung lain di luar
Selandia Baru, yang hidup
bersama hewan mamalia,
burung-burung Selandia Baru
mengeluarkan bau menyengat
saat memproduksi lilin untuk
melindungi bulu-bulu mereka.
Yang lebih jadi masalah,
masih kata Briskie, kiwi
berbau seperti jamur atau
amonia. Hal inilah yang bisa
jadi menyebabkan spesies itu
kini terancam punah.
Marsden, lembaga donor riset
sains telah mengucurkan dana
sebesar NZ$600 ribu atau
hampir Rp4 miliar kepada
Briskie untuk mempelajari bau
badan burung-burung Selandia
Baru itu selama tiga tahun.
Tujuannya, untuk membuat
mereka tak lagi jadi sasaran
empuk predator.
"Mungkin saya bisa
merancang deodoran khusus
bagi kiwi," kata dia kepada
harian Dominion Post. (kd)

Cahaya Ajaib dari Utara Bumi

VIVAnews - Cahaya Utara atau
aurora borealis berangsur-
angsur mereda dan mencapai
titik terendah. Dan cahaya ini
tetap memberikan lukisan
langka dan tetap cantik di
langit dalam 100 tahun
terakhir.
Institut Meteorologi Finlandia
menjelaskan bahwa aurora
borealis umumnya mengikuti
'siklus matahari' 11 tahunan,
di mana frekuensi fenomena
meningkat hingga maksimum
dan kemudian berangsur-
angsur memasuki fase
minimum, setelah itu kembali
mengulangi siklus.
"Siklus minimum matahari
sebenarnya sudah terjadi 2008,
tapi hal ini (siklus minimum)
malah terjadi terus menerus,"
kata peneliti Noora Partamies
seperti dikutip dari yahoo
news. Di tengah tahun ini,
peneliti masih melihat
peningkatan aktivitas
matahari, namun mereka
tidak bisa memastikan apakah
aktivitas ini sudah keluar dari
level minimum atau belum.
Cahaya Utara yang
menampakkan pola cantik
seperti nyala api yang
dihasilkan dari benturan angin
dari matahari dengan bumi
yang kemudian ditarik ke
kutub magnet. Sebenarnya,
fenomena cantik ini
menimbulkan kerusakan pada
bagian atmosfer, yakni
ionosfer dan magnetosfer.
Fenomena tahapan minumum
aurora di atas, menurut
peneliti, dapat juga diartikan
sebagai sinyal meredanya
badai di matahari karena
angin dari pusat tata surya ini
berkurang.
Untuk kali pertama, bagi
peneliti seperti Partamies,
fenomena ini bisa dipantau
dan diteliti menggunakan
stasiun observasi modern,
bagaimana dampak terburuk
dari dari sebuah siklus
matahari ini.
"Kami menunggu apa yang
akan terjadi. Apakah siklus
maksimum akan tepat waktu,
atau mungkin terlambat.
Apakah ini akan besar?" kata
dia. Hal ini terkait dengan
pemberitaan sebelumnya
bahwa badai matahari
diperkirakan mencapai
puncaknya pada 2013. Badai
ini diduga akan membawa
malapetaka pada bumi.
Selama siklus puncak pada
tahun 2003, stasiun di pulau
Svalbard Norwegia dekat
Kutub Utara, menunjukkan
bahwa cahaya utara terlihat
hampir setiap malam, satu
musim auroral. (sj)

Bibit Kehidupan Bumi dariLuar Angkasa?

VIVAnews - Sejumlah ilmuwan
menemukan air beku alias es
dan molekul organik dalam
asteroid bernama 65 Cybele.
Ini merupakan asteroid kedua
yang mengandung unsur dan
cikal bakal kehidupan Bumi.
Seperti dikutip dari laman The
Telegraph edisi 9 Oktober
2010, penemuan ini akan
memperkuat ide bahwa
asteroid membawa unsur
utama kehidupan Bumi.
Temuan ini dibahas dalam
pertemuan ilmuwan planet di
Pasadena, Amerika Serikat.
Ilmuwan juga menduga bahwa
bibit kehidupan Bumi
sebenarnya dari luar angkasa
kemudian dibawa masuk ke
Bumi oleh asteroid. Peneliti
ini juga menyimpulkan hal
serupa saat April lalu, mereka
menemukan bukti pertama
pada asteroid bernama 24
Themis. Kedua asteroid ini
ditemukan di sabuk asteroid
yang berada antara Mars dan
Jupiter.
"Penemuan ini juga
mengindikasikan bahwa
wilayah tatasurya kita
mengandung air beku lebih
banyak dari perkiraan
semula," kata Profesor
Humberto Campinsan, ahli
astronomi dari University of
Central Florida. Dia juga
mempimpin tim ilmuwan
dalam penelitian ini.
"Ini mendukung teori bahwa
asteroid telah menghantam
Bumi dan membawa air ke
planet kita ini dan
membangun blok dan format
kehidupan di planet ini."
Profesor Campins
memaparkan penemuannya
dalam pertemuan rutin
'American Astronomical
Society ’s Division for Planetary
Sciences' di Pasadena,
California.
Asteroid 65 Cybele ini lebih
besar dibandingkan 24 Themis,
dengan diameter 180 miles.
Sedangkan, Themis
berdiameter 124 miles.(ywn)

Misteri Semburan Naga di Sungai Mekong

VIVAnews - Bila Anda
mengunjungi Thailand di bulan
Oktober, jangan lewatkan
untuk menyambangi Provinsi
Nong Khai, di sebelah Timur
Laut negeri itu.
Setiap tahun, di tepian Sungai
Mekong yang membelah
provinsi itu dengan negara
Laos, ratusan ribu orang
berkumpul untuk menyaksikan
sebuah fenomena unik yang
telah terjadi sejak seratusan
tahun yang lalu, yakni
munculnya bola api yang
mereka sebut dengan Bung
Fai Paya Nak, alias Bola Api
Naga.
Dari dalam sungai Mekong
akan muncul bola api yang
kemudian meluncur ke
angkasa hingga setinggi
seratusan meter. Warnanya
bisa berbeda-beda; merah,
pink, atau putih. Warga
sekitar percaya bahwa bola
api itu adalah semburan nafas
dari Naga yang hidup di
wilayah itu.
Bola-bola api itu bisa muncul
secara berurutan hingga
belasan kali. Setelah
mengangkasa, bola api tadi
menghilang di kegelapan.
Setiap tahun, sekitar 200-800
bola api itu terlihat di
sepanjang sungai. Semuanya
terjadi begitu saja, tanpa
bunyi maupun asap.
Biasanya fenomena ini terjadi
hanya sekitar 1-3 hari dalam
setahun, di akhir retreat
musim hujan umat Budha
setempat, yang biasa digelar
pada bulan Oktober.
Fenomena ini hanya bisa
dilihat pada malam hari, di
awali dengan peluncuran
perahu yang dihias dan
diterangi oleh ribuan lilin ke
sungai.
Oleh karenanya, menurut
warga setempat, sang naga
muncul dari dasar sungai dan
bergabung dengan perayaan
ritual itu untuk menyambut
Sang Budha. Sebab, menurut
kepercayaan mereka, saat
itulah Budha kembali ke bumi,
setelah memberikan khotbah
untuk ibunya di surga.
Bagi masyarakat Nong Khaya,
legenda naga di daerah itu
sama seperti legenda monster
di Sungai Loch Ness yang telah
diwariskan secara turun-
temurun. Kepada Majalah
Time, Kepala Biara Wat Paa
Luang, Phrakhru Pichai
Kitjaton, mengatakan bahwa
kesaksian dari berbagai
biarawan sudah diabadikan
dalam catatan tertulis di biara
yang letaknya dekat dengan
Sungai Mekong itu, sejak
ratusan tahun lalu.
"Ibu saya, ayah saya pernah
melihat mereka (naga). Saya
juga pernah melihatnya. Naga
itu besar, berwarna perak,
dan berenang seperti ular di
dalam sungai. Saya
melihatnya saat saya merusia
13 tahun," kata Pang
Butamee, warga setempat 78
tahun.
Namun, Kementerian Ilmu
Pengetahuan Thailand
menampik legenda itu.
Melalui rilis resminya, mereka
berkesimpulan bahwa bola api
naga itu hanya mitos.
"Fenomena itu disebabkan
oleh gas fosfin (PH3) yang
menyala," kata Deputy
Permanent Secretary
Kementrian Ilmu Pengetahuan
Thailand, Saksit Tridech.
Sekelompok tim dari
kementerian memang sempat
memasang pemindai suhu
(thermo-scanner) di beberapa
tempat di tepi sungai Mekong
di daerah Rattana Wapee.
Saat bola naga muncul,
peralatan itu menangkap
adanya pergerakan gas dari
dalam air, sebelum orang-
orang melihat bola api itu
menyala.
Jadi, kata pihak kementerian,
bola api itu sangat tergantung
dengan kandungan gas dari
dalam sungai, yang biasanya
memuncak di bulan Oktober.
Sementara, Manas Kanoksin,
seorang ilmuwan lokal
mengatakan bahwa hal itu
juga tak lepas dari peran
gravitasi matahari yang akan
membantu lepasnya gas
methan dari dasar sungai.
Sebab, kata Kanoksin, pada
bulan Oktober, bumi sedang
berada di titik terdekat
dengan matahari. (sj)

'Membedah' Kapal PemanduSatelit Yuanwang 5

VIVAnews - Bersamaan
dengan kunjungan dua
astronot China, kapal
pemandu satelit asal China,
MV Yuanwang 5 juga
menyambangi Indonesia, dan
merapat di pelabuhan Jakarta
International Container
Terminal II Tanjung Priuk,
hingga Sabtu pekan depan.
Kapal Yuanwang 5 adalah
salah satu dari enam kapal
Yuanwang, milik China. Kapal
ini biasa digunakan untuk
menjejak, memantau, dan
mengendalikan satelit,
pesawat luar angkasa, atau
alat penerbangan lainnya.
"Kedatangan kami di sini
adalah dalam rangka
memperingati hari ulang
tahun ke-60 hubungan
Indonesia dan China, " kata
Chen Jin Chao, Kapten Kapal
Yuanwang 5 kepada
wartawan, saat konferensi
pers di geladak kapal, Kamis
14 Oktober 2010.
Kapal sepanjang 222 meter,
selebar 25 meter, tinggi 40,8
meter dan berbobot sekitar 25
ribu ton, itu adalah kapal
pemantauan maritim generasi
ke-3 yang mulai beroperasi
sejak September 2007. Ia
didesain untuk beroperasi di
wilayah perairan manapun
yang terbentang dari 60
derajat Lintang Utara hingga
60 derajat Lintang Selatan.
Kapal ini dilengkapi dengan
berbagai teknologi canggih di
bidang maritim, meteorologi,
elektronika, mekanik, optik,
telekomunikasi, dan ilmu
komputer. Ia memiliki sistem
komputer berukuran ukuran
besar yang dapat mengolah
data-data pemantauan dan
pengontrolan, serta
menyampaikan informasi
kepada pusat di daratan.
Beberapa sistem navigasi dan
teknologi yang dimilikinya,
antara lain radar cuaca
Doppler, Unified S-Band, C-
Band Unified Control System
dan C-Band Pulse Radar
Antena komunikasi satelit
besar, antena Inmarsat-B,
sistem GPS Upper Air
Sounding, dan theodolit
(instrumen optik yang terdiri
dari teleskop yang dapat
diputar).
Teknologi tersebut
dikendalikan oleh rata-rata
awak teknis yang berusia tak
lebih dari 30 tahun. Kapal
dengan jumlah total awak
hampir 300 orang itu juga
dilengkapi dengan berbagai
fasilitas olahraga, antara lain
lapangan basket, serta fitness
center.
Pada 25 September 2008,
beberapa menit setelah
pesawat ruang angkasa
Shenzhou 7 mengangkasa,
Yuanwang 5 berhasil menjejak
pesawat ruang angkasa itu,
dan mengendalikannya
dengan mengirimkan instruksi
kepada Shenzhou 7 untuk
membentangkan panel
suryanya.
Dua hari kemudian, salah satu
astronot Shenzhou 7, Zhai
Zhigang, melakukan
spacewalk pertamanya
dengan keluar dari kapsul.
Pada 28 September 2008
Shenzhou 7 kembali ke bumi
dengan panduan dari kapal
Yuanwang. Sekitar 43 persen
dari jaringan pemantauan dan
pengontrolan Shenzhou 7 dari
permukaan bumi, dilakukan
oleh kapal Yuanwang.
Pada Maret 2010 Yuanwang 5
juga berhasil menyelsaikan
misi melacak, memantau, dan
mengontrol empat sasaran
obyek, yakni sebuah roket dan
3 satelit. Dan pada 1 Oktober
2010, Yuanwang 5 bersama
Yuanwang 3 dan Yuanwang 6
juga membantu menyukseskan
misi peluncuran satelit
Chang'e. (umi)

Lima Fakta Menarik TentangKecepatan

VIVAnews - Kecepatan.
Terdengar cukup familiar,
terlebih lagi bagi Anda
penggemar balap mobil atau
motor hingga ilmu fisika.
Kecepatan atau velositas
memang muncul sebagai
istilah dari ilmu fisika untuk
menyatakan perubahan jarak
yang ditempuh per satuan
waktu.
Namun, kecepatan bukan
istilah serius yang selalu
dipakai di ilmu fisika saja. Ada
lima fakta menarik untuk
diketahui tentangnya.
Sejarah
Rekor tercepat (di atas tanah)
pertama di dunia dicetak oleh
Gaston de Chasseloup-Laubat
di Yveslines, Prancis, pada 18
Desember 1898. Ketika itu, dia
mencatat kecepatan 39mph
(setara 63,1 kilometer per
jam) dengan mobile elektrik
Jeantaud dan diakuinya cukup
memusingkan.
Mach 1
Kecepatan suara adalah 761
mph atau 1.224 kilometer per
jam, yang dalam istilah
penerbangan disebut dengan
Mach 1. Jika Anda ingin
terbang mengitari satu bumi
penuh, Anda perlu melakukan
perjalanan setara 25,4 Mach.
Sekejap (blink)
Kecepatannya 340,3 meter per
detik, setara dengan berlari
tiga kali lipat panjang stadion
Old Trafford milik Manchester
United di Inggris dalam waktu
satu detik. Wayne Rooney
pasti tertarik untuk
mengetahui hal ini.
Phileas Fogg
Adalah seorang tokoh fiksi
dalam novel Around the
World in Eighty Days yang
ditulis Jules Verne pada pada
1873. Jika Anda mengelilingi
bumi sesuai jarak lingkar bumi
(24.901 mil atau setara 40.074
kilometer) dengan kecepatan
rata-rata Fogg 1.000 mil per
jam, Anda hanya
membutuhkan waktu 24 jam
saja untuk berkeliling dunia.
Waktu yang lumayan untuk
pergi ke kantor.
Landasan Pacu (runway)
Jika mampu memecahkan
rekor kecepatan 1.000 mil per
jam, setidaknya Anda
membutuhkan landasan pacu
sepanjang 14 mil (22,5 km). Ini
bukan panjang landasan yang
dibutuhkan secara total. Tapi,
landasan sepanjang 22,5 km
itu hanya untuk pengereman.
(art)

Teka-Teki Mesin WaktuCharlie Chaplin Terkuak

VIVAnews - Spekulasi tentang
adanya mesin waktu yang
tertangkap kamera pada
acara premiere film Charlie
Chaplin, akhirnya
terpecahkan.
Perkiraan adanya mesin waktu
pada rekaman video yang
dibuat pada 1928 itu ternyata
tidak terbukti.
Maraknya spekulasi adanya
mesin waktu dipicu oleh
rekaman yang
mempertunjukka adanya
seorang wanita yang dicurigai
tengah menelepon seseorang
melalui perangkat ponsel.
Wanita itu melintas di acara
premiere film Charlie Chaplin
"The Circus" di Manns Chinese
Theatre, Hollywood,
California, berjalan sembil
menempelkan sesuatu pada
telinganya.
Padahal pada 1928, telepon
seluler belum ditemukan.
Bahkan, perangkat
telekomunikasi pertama
'Walkie-Talkie' Motorola baru
dikembangkan sekitar tahun
1940-an, atau lebih dari satu
dekade setelah film bisu
Chaplin itu beredar.
Pembuat film asal Irlandia,
George Clarke mengklaim
bahwa wanita yang
tertangkap basah oleh
kamera adalah seorang time
traveler, atau pengelana
antar waktu yang
menggunakan mesin waktu,
yang tengah menggunakan
ponsel modern.
Namun hal itu dibantah oleh
seorang pakar sejarah.
Kepada LiveScience,
sejarawan Phillip Skroska
mengatakan benda yang
dikenakan wanita tersebut
kemungkinan adalah sebuah
alat bantu pendengaran.
"Mesin pembantu
pendengaran lawas memiliki
bentuk yang tak musti panjang
dan melingkar."
"Alat bantu dengar di zaman
itu bentuknya bisa pendek dan
kompak," kata pria yang
berprofesi sebagai pengarsip
pada Bernard Becker Medical
Library of Washington
University di St Louis itu.
Pada abad 19 alat semacam
itu masih dibuat dalam jumlah
yang banyak, dan terus hingga
awal abad 20. "Dengan
memperkirakan wanita ini
berusia lebih dari 50 tahun,
jadi sepertinya ia
menggunakan alat bantu
dengar model akhir abad 19,"
kata Skroska.
Penjelasan Skroska tersebut
memang tidak terlalu menarik
ketimbang spekulasi awal
yang muncul. Namun,
setidaknya penjelasannya bisa
menjadi salah satu alternatif
penjelasan yang sangat masuk
akal.

Everest Bukan GunungTertinggi di Dunia?

VIVAnews - Hampir semua
orang tahu bahwa gunung
Everest merupakan gunung
tertinggi di planet Bumi.
Pendaki dari seluruh penjuru
dunia berlomba-lomba
mendaki Everest untuk meraih
gelar ‘Penakluk puncak
tertinggi di dunia’ yang sangat
prestisius.
Seperti diketahui, puncak
gunung Everest berada di
ketinggian 8.848 meter di atas
permukaan laut. Tingginya
daratan di pucuk itu membuat
gunung Everest mendapat
predikat sebagai gunung
dengan ketinggian nomor
satu.
Meski demikian, tahukah Anda
sebenarnya gunung Everest
bukanlah gunung yang paling
tinggi di Bumi?
Mauna Kea, gunung yang
berada di kepulauan Hawaii,
Amerika Serikat memiliki
ketinggian 4.205 meter di atas
permukaan laut. Puncak
gunung ini jauh lebih rendah
dari gunung Everest.
Akan tetapi, Mauna Kea
sebenarnya merupakan
gunung yang kakinya dimulai
dari dasar laut. Dan jika
diukur dari kaki gunung,
secara total, tinggi Mauna
Kea lebih dari 10 ribu meter.
Bandingkan dengan gunung
Everest yang hanya 8.848
meter dari kaki ke puncaknya.
Gunung Mauna Kea memiliki
volume sebesar 3.200
kilometer kubik. Ukurannya
yang sangat besar ini
membuat gunung di
sebelahnya, yakni Mauna Loa
menekan dasar laut di
bawahnya hingga 6 kilometer.
Mauna Kea juga terus turun
dan semakin rata karena
beban yang ia tanggung.
Adapun rata-rata penurunan
ketinggian gunung ini
mencapai 0,2 milimeter per
tahun. Adapun sebagian besar
massa gunung tersebut
berada di puncaknya.
Saat ini, puncak tertinggi
Mauna Kea yang 4.205 meter
di atas permukaan laut hanya
berselisih sekitar 35 meter
dibanding puncak gunung
sebelah, Mauna Loa yang
tingginya 4.169 meter dari
atas permukaan laut. (hs)

Ditemukan Bintang SekaratMasuk ke Bima Sakti

VIVAnews - Penemuan planet
yang mengorbit sebuah
bintang di dalam galaksi Bima
Sakti bukanlah hal yang baru.
Akan tetapi, jika bintang dan
planet-planet yang ditemukan
ternyata lahir dari galaksi
yang jauh dari Bima Sakti, ini
merupakan temuan menarik.
Sebagai contoh adalah
HIP13044b. Planet ini
merupakan planet pertama
yang terdeteksi hadir di
galaksi Bima Sakti, namun
lahir di luar galaksi kita.
Planet berukuran setidaknya
1,25 kali Jupiter tersebut
mengorbit pada sebuah
bintang yakni HIP13044,
sebuah bintang raksasa yang
hampir mati.
HIP13044, sebelumnya
tergabung dalam kelompok
bintang yang disebut Helmi
stream, sebuah galaksi kecil
yang ‘dimakan’ oleh Bima
Sakti sekitar enam sampai
sembilan miliar tahun yang
lalu.
“Penemuan ini merupakan
bagian dari penelitian di mana
kami mencari planet yang
mengorbit bintang yang
berada di penghujung
hidupnya, ” kata Johnny
Setiawan, astronom dari Max
Planck Institute for Astronomy
(MPIA), seperti dikutip dari
Guardian, 22 November 2010.
Saat ini, HIP13044 berada di
sekitar 2 ribu tahun cahaya
dari Bumi. Astronom
menemukan bintang tersebut
menggunakan spektograf
yang disambungkan dengan
teleskop berukuran 2,2 meter
di La Silla Observatory di
Chile.
“Penemuan ini juga menarik
karena dapat
menggambarkan masa depan
dari sistem planet kita, karena
Matahari juga akan
mengalami kematian dalam
waktu sekitar 5 miliar tahun
yang akan datang,” ucapnya.
Peneliti menyebutkan, planet
HIP13044b sendiri relatif dekat
ke bintang yang ia edari. Jarak
terdekat dengan mataharinya
hanya 0,055 kali jarak antara
Bumi dan Matahari dan hanya
perlu 16 hari untuk
menyelesaikan rotasi.
Adapun bintang yang menjadi
mataharinya telah melewati
fase raksasa merah di mana ia
membengkak berkali lipat
dari ukuran aslinya akibat
kehabisan hidrogen. Nasib
yang sama akan dialami
Matahari milik kita dalam
beberapa miliar tahun ke
depan.
“Bintang itu juga berotasi
dengan cepat,” kata Setiawan.
“Satu penjelasannya adalah
karena HIP13044 menelan
planet-planet terdekat saat
memasuki fase raksasa
merah. Itu membuat bintang
tersebut berputar lebih cepat
lagi, ” ucapnya.
Meski demikian, kata
Setiawan, masih ada yang
belum dapat dijelaskan
bagaimana planet mengorbiti
bintang yang hanya punya
sedikit elemen kimia di luar
hidrogen dan helium bisa
terbentuk, padahal hanya
sedikit material pembentuk
planet yang tersedia. Sampai
saat ini, hanya sedikit planet
yang didapati mengorbiti
bintang seperti HIP13044.
“Pembentukan planet seperti
HIP13044b masih merupakan
teka-teki yang masih perlu
diteliti, ” kata Setiawan.
“Planet di sekitar bintang
seperti itu pastinya terbentuk
dengan cara yang berbeda
dengan terbentuknya planet
biasa, ” ucapnya. (hs)

Gunung Toba PemusnahManusia?

VIVAnews - Letusan Gunung
Toba yang melontarkan jutaan
metrik ton debu volkanik,
sulfur, dan partikel-partikel
lain ke atmosfir pada 74 ribu
tahun yang lalu disebut-sebut
menyebabkan penggelapan
langit, penurunan suhu global
hingga 10 derajat Celcius
selama hampir satu dekade
dan membinasakan sebagian
besar umat manusia.
Ternyata, dari penelitian
terbaru, efek cuaca yang
disebabkan letusan Toba lebih
ringan dan reda relatif lebih
cepat dibanding perkiraan
yang dibuat oleh pada
arkeolog dan klimatolog
sebelumnya. Manusia yang
mengalami bencana letusan
Toba itu diperkirakan berhasil
melewatinya dengan selamat.
Meski dari sejumlah penelitian
mengungkapkan bahwa
letusan Toba yang kini
meninggalkan danau volkanik
terbesar di dunia itu
menggelapkan dan
membekukan dunia,
menggunakan data letusan
gunung Pinatubo, Filipina
tahun 1991, Stephen Self,
volkanologis dari Open
University, Milton Keynes,
Inggris dan Michael Rampino,
paleobiologis dari New York
University, menyatakan bahwa
efek pendinginan suhu akibat
letusan Toba hanya mencapai
3 sampai 5 derajat saja.
Berdasarkan data yang
didapat dari situs arkeologi di
India, tim antropolog
University of Oxford, Inggris,
yang dipimpin oleh Michael
Petraglia menyebutkan bahwa
manusia yang tinggal tidak
jauh dari zona letusan justru
malah berhasil melewati
bencana tersebut dengan
mudah.
Untuk mencari titik terang,
tim peneliti yang dipimpin oleh
Claudia Timmreck, dari Max-
Planck Institute for
Meteorology di Hamburg,
Jerman membuat pemodelan
yang mampu menggambarkan
lebih realistis (meski metode
ini juga memiliki beberapa
kekurangan) apa yang terjadi
saat Toba meletus.
Peneliti fokus ke bagaimana
partikel sulfate aerosol yang
terbentuk di stratosfir akibat
letusan sulfur dioksida yang
mengandung gas
mendinginkan atmosfir
dengan cara memantulkan
sinar matahari. Dari data yang
didapat, dan disesuaikan
dengan asumsi yang sudah
dibuat sebelumnya, diketahui
bahwa Toba mengirimkan
sekitar 850 juta metrik ton
sulfur ke atmosfir. Angka ini
100 kali lebih banyak
dibanding setoran gunung
Pinatubo ke atmosfir.
Dari simulasi juga diketahui
bahwa dampak Toba memang
hanya menurunkan suhu
sebanyak 3 sampai 5 derajat
Celcius di seluruh dunia. Akan
tetapi, konsentrasi sulfur
tidaklah padat dan segera
hilang dari stratosfir selama 2
sampai 3 tahun saja.
Perubahan temperatur secara
ekstrim yang terjadi di Afrika
dan India hanya berlangsung
selama 1 sampai 2 tahun. Di
kawasan ini, di tahun pertama
suhu turun 10 derajat dan 5
derajat di tahun kedua.
Menurut Timmreck, seperti
dikutip dari ScienceMag, 25
November 2010, Toba juga
tidak memusnahkan flora dan
fauna. Namun Timmreck
mengakui, kehidupan di masa-
masa tersebut memang sulit.
Michael Petraglia
berpendapat, Toba memang
bukanlah penyebab utama
anjloknya jumlah populasi
manusia di era tersebut. Akan
tetapi Toba membuat situasi
menjadi makin parah. Langkah
selanjutnya, kata Petraglia,
peneliti masih harus
melanjutkan hasil temuan
simulasi tersebut dengan
observasi langsung di kawasan
sekitar Toba untuk
mengetahui secara lebih
akurat dampak lingkungan
yang terjadi. (umi)
Baca juga:
Foto Toples Dewi Persik
Beredar
Krisdayanti Bahagia Bertemu
Anang
Gempa Mengintai Jakarta
Sebelum Menikah, Perempuan
Dilarang Pakai HP

Misteri-Misteri Terbesar diBidang Sains

VIVAnews - Walaupun
peradaban manusia dan ilmu
pengetahuan sudah
mengalami kemajuan yang
begitu pesat, namun beberapa
beberapa hal masih
menyisakan pertanyaan dan
teka-teki.
Berikut ini adalah misteri-
misteri dikompilasi oleh situs
LiveSience, yang hingga kini
masih belum bisa dipecahkan
oleh 'pisau bedah' ilmu
pengetahuan murni.
9. Apa yang terjadi saat
gempa bumi terjadi?
Hingga kini manusia masih
belum mengetahui apa yang
terjadi ketika gempa bumi
berlangsung. Padahal gempa
bumi terjadi di dalam perut
planet bumi, tepat di bawah
kaki kita sendiri.
Hingga kini para pakar hanya
bisa menjelaskan dari mana
gempa bersumber dan
patahan apa yang terlibat
dalam peristiwa gempa
tersebut, atau mungkin hanya
memprediksi sampai kapan
gempa susulan akan
berlangsung.
Namun sampai kini mereka
tak bisa secara pasti
menjelaskan apa yang terjadi
di dalam bumi ketika gempa
berlangsung. Sifat dan
perilaku kekuatan yang
membuat patahan-patahan
terus bergerak hingga
kemudian akhirnya terjadi
gempa hingga kini masih
menjadi misteri.
"Masalah pergeseran pada
gempa adalah salah satu hal
yang paling dasar dari semua
ilmu tentang kebumian.
Namun itu masih menjadi
cerita misteri yang berusia 30
tahun, yang belum
terpecahkan," ujar Tom
Heaton, seorang pakar
geofisika dari Caltech.
8. Siapa Anda?
Kesadaran alamiah yang
dimiliki manusia selama ini,
masih membingungkan bagi
para psikolog dan ilmuwan di
bidang kognitif. Bagian dari
jawaban pertanyaan mendasar
di atas ada yang menjawab
dengan sederhana: sesuatu
yang memicu kita melakukan
sesuatu, sudah menyatu
dengan jaringan syaraf
manusia.
Walaupun kita mengira bahwa
apa yang kita lakukan adalah
kehendak bebas, namun
setiap pekerjaan yang
dilakukan oleh manusia juga
dipengaruhi oleh proses tak
sadar dan lingkungan sekitar.
Dan, bagaimana kita membuat
sebuah keputusan secara
sadar sehingga membuat
manusia memiliki akal selain
jiwa? Nah ini yang masih
menjadi misteri.
7. Bagaimana kehidupan bisa
terjadi di bumi?
Manusia telah menemukan
bukti-bukti awal tentang
adanya kehidupan kuman
sederhana di bumi sejak
sekitar 3 miliar tahun yang
lalu. Namun, bagaimana
kemudian kejadian awal dari
kehidupan mahluk lain di
bumi, hingga kini belum
diketahui.
"Banyak teori dari asal
kehidupan yang ditawarkan,
namun sangat sulit untuk
diterima dan dibuktikannya."
kata Diana Northup, Cave
Biologist dari University of
New Mexico.
6. Bagaimana otak bekerja?
Hingga kini, belum ada yang
bisa menjelaskan bagaimana
otak manusia bekerja. Dengan
miliaran neuron dan masing-
masing neuron memiliki
ribuan koneksi, otak memang
sangat sulit untuk diteliti.
"Kita semua berfikir bahwa
kita bisa memahami otak kita,
setidaknya melalui
pengalaman kita sendiri.
Padahal, pengalaman
subyektif kita adalah panduan
yang minim untuk
menentukan bagaimana otak
bekerja," ujar Scott Huettel,
pakar dari Center for
Cognitive Neuroscience dari
Duke University.
Hingga kini peneliti belum bisa
menentukan bagaimana
neuron-neuron membentuk
jaringan fungsional ketika
manusia sedang belajar,
mengingat, atau melakukan
aktivitas lainnya, termasuk
saat melihat, mendengar,
bergerak, atau saat tengah
dimabuk cinta.
5. Di mana bagian alam
semesta lainnya?
Manusia memiliki banyak
keterbatasan saat hendak
meneliti alam semesta. "Itu
disebut juga sisi kelam dari
alam semesta," kata Michael
Turner, seorang pakar
kosmologi dari University of
Chicago. Menurut dia misteri
terbesar dari alam semesta
adalah materi gelap dan
energi gelap.
Walaupun para peneliti
berusaha keras untuk
mengeksplorasi hingga ke luar
angkasa yang terjauh dan ke
perut bumi yang terdalam,
namun, diperkirakan baru 4
persen dari materi dan energi
yang ditemukan. Sementara
96 persen lainnya masih belum
bisa diketahui.
4. Apa yang menyebabkan
gravitasi?
Walaupun gravitasi telah
dipelajari sejak zaman
Newton, namun bidang ini
masih sedikit sekali diketahui
oleh manusia. Gravitas tidak
bisa dijelaskan oleh mode
standar fisika. Para teoretisi
meyakini gravitasi mungkin
ada kaitannya dengan partikel
kecil yang tak bermassa
bernama graviton yang
menimbulkan gaya gravitasi.
"Gravitasi sama sekali
berbeda dengan gaya lain
yang bisa dideskripsikan
dalam model standar," kata
Mark Jackson, pakar fisika
teori dari Fermilab di Illinois
AS."Saat Anda mengerjakan
perhitungan interaksi
gravitasional kecil, maka
Anda akan mendapat jawaban
yang ngawur. Matematika
sama sekali tak bisa bekerja,"
kata dia.
3. Benarkah ada Teori
Segalanya?
Para pakar biasanya memiliki
standar model yang cukup
baik untuk mendefinisikan
segala sesuatu di alam
semesta hingga ke bagian
partikel terkecil, mulai dari
magnetisme hingga ke atom-
atom yang menyusunnya dan
bagaimana mereka bisa tetap
stabil.
Model standar ini memandang
partikel-partikel menjadi titik-
titik yang sangat kecil, yang
beberapa di antaranya
mengandung gaya dasar.
Hanya saja, kelemahan dari
model standar tadi, adalah
kegagalannya untuk
melakukan perhitungan
terhadap gravitasi dan energi
yang sangat tinggi.
Nah, bila ada sebuah teori
yang bisa secara konsisten
menyertakan dua hal tadi ke
dalam pemodelannya, maka
teori fisika yang universal
akan benar-benar dapat
terwujud. Sayangnya, banyak
peneliti menganggap hal itu
tak akan pernah tercapai.
2. Apakah Alien memang
benar-benar ada?
Adalah sesuatu hal yang logis
ketika berasumsi bahwa ada
kehidupan lain selain di bumi.
Sebab, unsur-unsur yang
dibutuhkan bagi kehidupan
terdistribusi secara luas di
alam semesta.
Selain itu, sistem tata surya
yang mirip dengan tata surya
kita juga dijumpai di luar
angkasa. "Jadi setidaknya, ada
kemungkinan bahwa ada
kehidupan lain di sana," kata
Jill Tarter, Director of Center
for SETI Research di
California.
1. Bagaimana alam semesta
tercipta?
Teori tentang dentuman besar
yang mengawali keberadaan
alam semesta sejak 13,7 miliar
tahun lalu dipandang sebagai
teori yang masuk akal,
walaupun belum bisa langsung
diuji.
Pada teori ini, segala sesuatu
dimulai dengan luar angkasa
yang berukuran kecil dan
kemudian memuai dan
berkembang menjadi besar.
oleh karena proses inflasi
(pemompaan). "Hingga kini
kita belum mengetahui apa
yang menyebabkan inflasi,
atau bahkan apakah itu teori
yang benar atau tidak," kata
Eric Agol, seorang pakar
astrofisika dari University of
Washington. (hs)

Ditemukan, Tambang Tertuadi Amerika

VIVAnews - Sejumlah arkeolog
asal University of Chile baru
saja mengetahui usia sebuah
tambang besi oksida yang
diperkirakan berumur 12.000
tahun yang lalu di Chile utara.
Hasil temuan ini sementara
menjadi tambang tertua yang
pernah ditemukan di daratan
Amerika.
Sekadar diketahui, besi oksida
yang dikenal juga dengan
nama biji besi adalah salah
satu senyawa oksida dari besi
dan mempunyai rumus kimia
Fe2O3 dan mempunyai sifat
paramagnetik atau memiliki
gaya magnetik sangat kecil.
"Besi oksida yang ditambang
oleh Huentelauquen Indians
biasanya digunakan sebagai
zat pewarna untuk kain-kain
yang kusam atau sebagai
bahan untuk ritual
keagamaan," kata kepala
peneliti Diego Salazar, yang
dikutip VIVAnews dari El
Mercurio, Senin 6 Desember
2010.
"Faktanya, pemanfaatan besi
oksida oleh masyarakat
primitif menunjukkan bahwa
mereka lebih mementingkan
unsur agama pada jamannya.
Sebab itu, besi oksida tidak
diperjualbelikan," tandasnya.
Sejatinya, tambang kuno yang
ditemukan di dekat kota
Taltal, 1.100 kilometer di
sebelah utara Santiago itu,
ditemukan pertama kali saat
Oktober 2008. Namun,
hasilnya baru diketahui
setelah dilakukan dua kali
pengujian di laboratorium AS
dan Polandia.
Dinamakan San Ramon 15,
konon tambang tersebut
dieksploitasi habis-habisan
sekitar era 10.000 tahun SM
hingga 2.000 SM. Hasil
penelitian juga menemukan
bahwa eksploitasi di masa itu
menghasilkan 1.814 ton zat
pewarna yang diambil dari 700
meter kubik batu.
Tak cuma besi oksida, di
tempat yang sama para
peneliti juga menemukan
harta karun berupa alat
pertambangan batu yang
diduga sebagai alat
pertambangan untuk besi
oksida pada era itu.
"Kami menemukan lebih dari
1.000 palu. Tapi, jika melihat
jumlah tambang besi oksida
yang cukup luas, kemungkinan
besar masih ada ribuan palu
lagi yang tercecer di
sekitarnya," ujar Hernan
Salinas, salah satu arkeolog.
Dikutip dari laman Chem-is-
try.org, besi oksida
merupakan salah satu dari zat
pewarna yang paling umum
digunakan untuk kosmetik
sejak dulu. Orang-orang
menggunakan besi oksida
dalam mineral alam, tidak
hanya untuk kosmetik, tapi
juga untuk perayaan
keagamaan dan perlindungan
kulit. Pembuatan oksida besi
sebagai zat pewarna untuk
kosmetik dimulai pada tahun
1900.
Besi oksida memiliki aneka
ragam warna yang
digolongkan ke dalam tiga
grup warna utama, yakni
oksida besi kuning (kuning),
kolkothar (merah), oksida besi
hitam (hitam). Secara fisik,
besi oksida berwujud serbuk
yang sangat halus dengan bau
yang khas.

Samudera Baru akan Lahir diAfrika

VIVAnews - Benua Afrika akan
menjadi saksi lahirnya sebuah
laut yang nantinya
diperkirakan akan menjadi
samudera baru. Kesimpulan
ini diungkapkan oleh sejumlah
peneliti dari Royal Society,
kelompok ilmiah asal London,
Inggris.
Semua diawali dari munculnya
keretakan tanah di kawasan
Ethiopia tahun 2005. Retakan
yang mencapai panjang 60
kilometer itu semakin
melebar, mencapai 8 meter
dalam 10 hari. Padahal, dalam
kondisi normal, dibutuhkan
waktu sekitar 230 tahun agar
keretakan mencapai lebar 8
meter.
Para geolog, yang melakukan
penelitian di Afar, sebuah
kawasan terpencil di Ethiopia
menyebutkan, retakan ini
nantinya akan memecah
benua Afrika menjadi dua
bagian. Meski begitu, peneliti
memperkirakan, terbelahnya
benua Afrika ini akan terjadi
dalam waktu 10 juta tahun ke
depan.
“Ini merupakan hal yang luar
biasa,” kata Dr Tim Wright,
ketua tim peneliti, yang telah
mengamati retakan di Afar
selama 5 tahun terakhir,
seperti dikutip dari TG Daily,
12 Desember 2010. “Benua ini
kini terbelah tepat di bawah
kaki kita, ” ucapnya.
Retakan di kawasan tersebut
disebabkan oleh dorongan
bebatuan lunak yang panas,
yang berasal jauh dari perut
bumi. Besarnya daya
dorongan tersebut membuat
permukaan tanah di atasnya
menjadi merekah.
Yang jadi masalah, sampai
saat ini, letusan bawah tanah
masih terus terjadi di kawasan
itu dan pada akhirnya
sepotong kawasan Afrika
yakni sebagian Ethopia dan
Somalia akan terlepas dari
benua tersebut.
Potongan benua ini nantinya
akan menjauh dan
menyebabkan munculnya
selat, laut, dan kemudian
akan menjadi samudera.

Bagaimana Benua AfrikaTerbelah?

VIVAnews - Umumnya,
pembentukan sungai, laut,
atau gunung terjadi dalam
waktu yang sangat lambat.
Namun, kasus yang terjadi di
Afar, kawasan utara Ethiopia,
lain dari yang lain. Sebuah
samudera mulai terbentuk
dengan kecepatan luar biasa,
untuk ukuran standar geologi.
Pada tahun 2005, Dereje
Ayalew dan rekan-rekannya
yang merupakan geolog dari
Addis Ababa University
terkejut, dan bahkan
ketakutan. Bagaimana tidak,
mereka baru saja turun dari
helikopter dan menginjakkan
kaki di dataran gurun di
Ethiopia, saat bumi yang
mereka pijak berguncang.
Sontak, pilot berteriak
memanggil mereka kembali
ke helikopter, dan benar saja.
Seketika itu Bumi terbelah.
Retakan tanah membuka
dengan cepat dan bergerak
menuju ke arah peneliti
layaknya ritsleting yang
membuka.
Setelah beberapa saat, tanah
berhenti bergerak dan setelah
pulih dari keterkejutannya,
Ayalew dan rekan-rekannya
menyadari bahwa mereka
baru saja menyaksikan
sejarah. Untuk
pertamakalinya, manusia
dapat menyaksikan tahap
pertama lahirnya sebuah
samudera.
Fenomena Abnormal
Normalnya, perubahan yang
terjadi pada permukaan Bumi
nyaris tidak kentara. Seumur
hidup manusia terlalu singkat
untuk menyaksikan sungai
berbelok arah, gunung
bertambah tinggi, atau
terbukanya lembah baru.
Akan tetapi, di Afar, dalam
beberapa bulan muncul
ratusan celah yang
memisahkan dasar gurun. Di
saat yang sama, ilmuwan
mendapati kenaikan
ketinggian magma dari dalam
Bumi semakin mendekati
permukaan tanah.
Magma ini nantinya akan
membentuk basal yang
menjadi dasar samudera.
Secara geologi, Seperti dikutip
dari Spiegel, 13 Desember
2010, tak lama kemudian air
dari Laut Merah akan
memenuhi kawasan yang
turun tersebut. Samudera
akan lahir dan memecah
Afrika.
Fenomena dramatis yang
disaksikan Ayalew dan rekan-
rekannya di gurun pasir Afar
pada 26 September 2005 lalu
merupakan bukti nyata proses
itu. Terbukanya celah diikuti
gempa bumi yang berlangsung
terus menerus selama
seminggu.
Dalam beberapa bulan
kemudian, ratusan celah lain
muncul di tanah, menyebar di
kawasan seluas sekitar 900
kilometer persegi. “Bumi tidak
berhenti bergerak
setelahnya, ” kata Tim Wright,
geofisikawan dari University of
Oxford. “Tanah masih terus
terbelah dan tenggelam.
Gempa bumi kecil masih terus
mengguncang kawasan itu, ”
ucapnya.
Segitiga Afar, yang memotong
Ethiopia, Eritrea, dan Djibouti,
merupakan retakan terbesar
di Bumi. Di bawahnya, ada
tiga lempeng tektonik di mana
lempeng Afrika dan Arab
semakin menjauh dengan
kecepatan 1 sampai 2
sentimeter per tahun. Ketika
dua lempeng bergerak
menjauh, tanah di atasnya
anjlok dan menyediakan ruang
untuk menampung air dari
Laut Merah.
Pergerakan Tektonik
Lempeng bumi yang terus
bergerak mengakibatkan
Segitiga Afar tenggelam
dengan cepat. Bagian tertentu
sudah turun hingga lebih dari
100 meter di bawah
permukaan laut.
Saat ini, dataran tinggi yang
mengelilingi penurunan Afar
masih mampu mencegah air
dari Laut Merah masuk ke
kawasan ini. Akan tetapi, erosi
dan pergerakan lempeng
tektonik terus menurunkan
ketinggian benteng alami
tersebut. Belum lagi banjir
yang rutin melanda kawasan
itu.
Sumber magma Afrika adalah
sebuah aliran batuan lunak
raksasa di perut Bumi dan
memotong melintasi benua
Afrika. Proses pergerakan
magma ini dimulai sekitar 30
juta tahun lalu saat
pertamakali lava berhasil
mencapai lempeng benua dan
kemudian memisahkan
semenanjung Arab dengan
Afrika dan menghasilkan Laut
Merah.
Rangkaian gunung berapi yang
berjajar sepanjang sekitar 6
ribu kilometer di bagian timur
Afrika juga memberikan bukti
bahwa benua Afrika sedang
terbelah. Di beberapa bagian,
kerak bumi sudah mulai
terbuka dan memungkinkan
magma di bawahnya
merangsak naik.
Dari Laut Merah di utara,
sampai ke Mozambik di
selatan, lusinan gunung berapi
telah terbentuk. Gunung
Kilimanjaro dan Nyiragongo
merupakan dua yang
terpopuler.
Menurut geofisikawan, dalam
10 juta tahun ke depan,
gunung-gunung berapi aktif ini
dan juga kawasan dataran di
sekitar retakan-retakan Afar,
pada akhirnya akan
tenggelam ke dalam laut.

Tahun 2300, Bumi TerlaluPanas bagi Manusia

VIVAnews - Suhu planet Bumi
terus menunjukkan tren
kenaikan. Jika kenaikan sudah
terlalu banyak, sebagian
besar populasi manusia yang
tersebar saat ini harus
berpindah tempat tinggal atau
mengandalkan air conditioner
untuk menghindari kematian.
“Saat ini, kita punya air
conditioning untuk
kenyamanan. Namun jika
kondisi terus seperti ini, air
conditioning nantinya
berfungsi untuk
menyelamatkan nyawa
manusia,” kata Steven
Sherwood, ketua tim peneliti
asal University of New South
Wales di Sydney, seperti
dikutip dari Discovery News,
15 Desember 2010.
Kondisi itu, kata Sherwood,
memang tidak akan terjadi
dalam waktu dekat. “Akan
tetapi, mengabaikan potensi
pemanasan global seperti
yang saat ini terjadi
merupakan tindakan bodoh, ”
ucapnya.
Sherwood menyebutkan,
manusia tidak dapat bertahan
hidup jika suhu kulit
melampaui 35 derajat Celcius
dalam jangka waktu beberapa
jam nonstop. Meski banyak
orang yang tinggal dan
bahkan bekerja di lingkungan
bersuhu di atas 45 derajat
Celcius atau lebih, keringat
membuat kulit mereka tetap
dingin. Syaratnya, cuaca tidak
terlalu lembab.
Secara teknis, manusia bisa
bertahan hidup jika wet-bulb
temperature di bawah 35
derajat Celcius. Sebagai
informasi, wet-bulb
temperature adalah
temperatur yang tercatat dari
termometer yang diselimuti
pakaian basah dan
mendapatkan ventilasi yang
baik.
“Batas wet-bulb pada
dasarnya merupakan titik di
mana seseorang akan
mengalami overheat bahkan
jika mereka dalam kondisi
telanjang di bawah bayangan,
dalam kondisi basah, dan
berdiri di depan kipas angin
besar, ” kata Sherwodd.
Saat ini, kata Sherwood, tidak
ada satu tempat pun di Bumi
yang memiliki temperatur
wet-bulb lebih dari 30 derajat
Celcius. Akan tetapi, jika
terjadi kenaikan suhu global
mencapai 11 derajat, maka
akan ada banyak kawasan di
Bumi yang akan memiliki
temperatur wet-bulb lebih
dari 35 derajat Celcius pada
periode tertentu sepanjang
tahun.
Menurut pemodelan iklim
yang digunakan oleh tim
peneliti, kawasan tersebut
antara lain adalah kawasan
timur Amerika Serikat,
seluruh sub kontinen India,
sebagian besar Australia, dan
sebagian China.
Jika kondisi seperti saat ini
terus berlangsung,
diperkirakan, suhu bumi akan
naik antara 4 sampai 7 derajat
Celcius di tahun 2100
mendatang. Dan jika tren
pemanasan global tidak
berubah, tahun 2300
mendatang, Bumi akan terlalu
panas. Tidak hanya bagi
manusia, tetapi juga bagi
seluruh mamalia lain
termasuk hewan.
Kondisi suhu panas
sebenarnya pernah dialami
Bumi sekitar 55 juta tahun
yang lalu. Ketika itu, sebagian
besar mamalia musnah dan
hanya beberapa spesies
dinosaurus saja yang berhasil
bertahan hidup. (umi)

Manfaat di Balik Gempa Bumi

VIVAnews - Gempa bumi, atau
istilah lainnya adalah quake,
tremor, atau temblor
merupakan fenomena
pelepasan secara tiba-tiba
energi yang ada di kerak bumi
yang mengakibatkan
gelombang seismik yang
skalanya diukur dengan
seismograf. Semakin tinggi
magnitudonya, semakin parah
guncangan akibat pergeseran
kerak bumi itu.
Di permukaan bumi, gempa
muncul dengan wujud
guncangan dan terkadang
menggeser tanah. Jika pusat
gempa terjadi di lepas pantai,
dasar laut kadang mengalami
pergeseran yang cukup besar
yang dapat menyebabkan
tsunami. Guncangan gempa
juga bisa memicu tanah
longsor dan kadang
menghidupkan kembali
aktivitas gunung volkanik.
Meski demikian, gempa bumi
bukanlah fenomena yang
mengerikan saja. Ternyata,
menurut Hugh Ross,
astrofisikawan asal Royal
Astronomical Society,
Montreal, Kanada, ada
manfaat lain yang ditimbulkan
oleh gempa bumi.
“Apakah kita membutuhkan
gempa bumi? Jawabannya
adalah, Ya, ” kata Ross,
seperti dikutip dari
CosmicFingerprints, 17
Desember 2010. “Tanpa
adanya gempa bumi atau
aktivitas lempeng tektonik,
nutrisi yang sangat dibutuhkan
oleh kehidupan di atas tanah
akan terkikis dari benua dan
terkumpul di samudera, ” kata
Ross.
Setelah beberapa waktu tanpa
gempa bumi, kata Ross,
kehidupan akan semakin sulit
di daratan, meski kehidupan di
lautan masih berjalan dengan
normal.
“Berkat aktivitas gempa bumi,
nutrisi dan mineral-mineral
lain yang terkandung di
samudera bisa didaur ulang ke
permukaan benua, ” kata Ross.
“Kita dapat melihat dengan
jelas jumlah dan intensitas
gempa yang terjadi yang
dapat menjaga siklus daur
ulang itu. Akan tetapi, bagi
kita yang tinggal di perkotaan,
dampaknya tidak terlalu
terasa,” ucapnya.

Cahaya Lampu Kota CemariUdara?

VIVAnews - Kilauan cahaya
lampu kota ternyata bisa
dianggap sebagai elemen yang
turut mendukung pencemaran
udara. Begitu hasil sebuah
kesimpulan dari penelitian
yang dilakukan belum lama
ini.
Pasalnya, cahaya lampu kota
melenyapkan molekul yang
biasanya membersihkan
atmosfer di malam hari. Dari
hasil riset para peneliti dari
National Oceanic and
Atmospheric Administration
(NOAA), ternyata cahaya
lampu kota memiliki andil
mencegah produksi molekul
Nitrogen Oksida atau dikenal
juga dengan nama radikal
nitrat.
Biasanya, molekul yang
terbentuk dari reaksi nitrogen
dioksida dengan ozon itu,
mengikat polutan udara yang
berseliweran di udara, pada
malam hari. Namun,
kehadiran cahaya lampu kota
di malam hari membuat
pembentukan molekul ini
terhambat sehingga
memperburuk polusi udara
kota di kemudian harinya.
Seperti dikutip dari situs
Discovery, cahaya lampu di
wilayah kota Los Angeles,
begitu terang, yakni 10 ribu
kali lebih gelap dari cahaya
sinar matahari. Namun,
ternyata terangnya lampu
kota Los Angeles bisa
memotong pembersihan udara
oleh Nitrogen Oksida, hingga
7 persen.
Akibatnya, pembersihan udara
di malam hari mendapat
hambatan. Riset
mengungkapkan bahwa
cahaya lampu kota Los
Angeles yang 25 kali lebih
terang dari sinar bulan,
meningkatkan unsur kimia
polutan kota itu sepanjang
hari hingga 5 persen.
Menurut Anne Douglas,
Goddard Space Flight Center
di Maryland, polutan yang
banyak menjadi sorot
perhatian adalah partikel dan
ozon permukaan yang
diproduksi oleh bahan kimia.
"Anda membutuhkan sinar
matahari untuk membuat
reaksi kimia ini terjadi. Jadi,
biasanya hal ini tidak terjadi
pada malam hari," kata
Douglass.
Hal senada dikatakan oleh Dr.
Harald Stark, pemimpin riset
dari NOAA. Menurutnya
selama siang hari, tidak
terjadi pembersihan ozon oleh
radikal nitrat. Pada malam
hari, radikal nitrat baru
muncul, bereaksi dengan
polutan dan
membersihkannya," kata dia.
Sayangnya, para peneliti
khawatir mengubah jenis
lampu kota tak akan
menolong banyak untuk
menghindari masalah ini.
Selama ini di penduduk Los
Angeles mayoritas
menggunakan lampu jenis
high-pressure sodium dan
metal halida. "Saya pikir
kebijakan untuk mengganti
jenis lampu bisa
memecahkannya," kata Stark.
Kecuali, dia melanjutkan, kota
menggunakan lampu warna
merah, lampu yang tidak akan
mengganggu pembentukan
radikal nitrat ini.

Siklus Alam Lelehkan Gletserdi Gunung

VIVAnews - Puncak gunung es
yang ada di seluruh planet
Bumi tidak hanya lenyap oleh
aktivitas manusia saja.
Menurut geolog asal Swiss,
siklus alami yang terjadi di
samudera bisa mempengaruhi
hingga separuh lelehnya
gletser di gunung Alpine
sepanjang dekade ini
Mattias Huss dan tim peneliti
asal University of Fribourg
melaporkan, mereka telah
mengumpulkan data
pengukuran terhadap daratan,
foto udara, dan catatan cuaca
lokal selama lebih dari 100
tahun terakhir.
Mereka kemudian
menggunakan data ini untuk
mengukur 30 gletser besar
yang ada di Swiss dan
membuat model komputer
dari setiap gletser agar dapat
mengidentifikasi pelelehan
besar yang terjadi di tahun
1940-an dan pada beberapa
dekade terakhir.
Ternyata, siklus melelehnya
gletser secara signifikan
terjadi bersamaan dengan
kenaikan dan penurunan
temperatur permukaan laut
alami yang terjadi di kawasan
utara samudera Atlantik.
Sebagai informasi, setiap 60
tahun sekali, suhu di kawasan
itu berfluktuasi sekitar 0,2
derajat Celcius.
“Meski begitu, setidaknya,
separuh dari berkurangnya es
di Alpine selama 150 tahun
terakhir adalah karena
perubahan iklim yang
disebabkan manusia, ” kata
Huss, seperti dikutip dari
Discovermagazine, 22
Desember 2010.
Untuk itu, Huss berencana
untuk memperluas
pemodelannya agar dapat
memetakan kondisi es di
dataran di masa depan. “Saat
ini yang jadi pertanyaan
adalah bagaimana
mengaplikasikan
pemodelannya ke gletser lain
dan membuatnya relevan
dengan skala global, ”
ucapnya. (sj)

Kutub Utara dan Selatan BumiBergeser

VIVAnews - Setiap kurang
lebih 200 ribu tahun sekali,
kedua kutub planet Bumi,
utara dan selatan saling
bergeser. Umumnya,
pergeseran kedua kutub itu
membutuhkan waktu ribuan
tahun.
Scott Bogue, geolog dari
Occidental College dan
Jonathan Glen, peneliti dari US
Geological Survey (USGS) yang
mengamati lava di kawasan
Nevada yang telah berusia 15
juta tahun.
Hasilnya, dari penelitian,
mereka menemukan bahwa
kutub planet Bumi pernah
bergeser beberapa kali lipat
lebih cepat dibanding
kecepatan normal. Setidaknya
satu kali.
“Saat lava mendingin, ia
menyimpan catatan medan
magnet Bumi, ” kata Bogue,
seperti dikutip dari
Discovermagazine, 23
Desember 2010. “Setelah
mengamati lava yang
mengalami pendinginan
selama 2 tahun berturut-turut,
diketahui bahwa lava di
kawasan itu bergeser 53
derajat dari timur ke arah
utara dengan kecepatan 1
derajat setiap minggu, ”
ucapnya.
Awalnya, keduanya mengira
ada kesalahan dalam
penelitian mereka. Namun
pengujian lebih mendetail
mengonfirmasikan pola
pergeseran tersebut. Bukti
lain terjadinya pergeseran
kutub terekam oleh lava yang
ada di Oregon, yang telah
diteliti di tahun 1985 lalu.
Catatan geologi dari medan
magnet Bumi juga umumnya
mengindikasikan bahwa
medan magnet utara-selatan
itu bergeser satu kali setiap
sekitar 200 ribu tahun.
Pergeseran terjadi secara
lambat dan membutuhkan 4
ribu tahun untuk selesai.
Meski para ilmuwan belum
memastikan apa yang
membuat bergesernya kedua
kutub, besi cair panas yang
mampu menghantarkan listrik
yang mengalir di perut bumi
diperkirakan menjadi
penyebabnya. Apalagi zat ini
jugalah yang menimbulkan
medan magnet yang ada di
kutub Bumi.
Temuan ini diperkirakan akan
memicu gelombang
perdebatan baru. Sejumlah
geolog berpendapat bahwa
saat ini medan magnet juga
sedang menjalani pergeseran.
Seperti dilaporkan Science
News, medan magnet planet
Bumi semakin melemah
selama abad terakhir. Meski
demikian, pergeseran medan
magnet tersebut tidak akan
terlalu banyak mempengaruhi
kehidupan manusia.