Thursday, December 23, 2010

Bagaimana Benua AfrikaTerbelah?

VIVAnews - Umumnya,
pembentukan sungai, laut,
atau gunung terjadi dalam
waktu yang sangat lambat.
Namun, kasus yang terjadi di
Afar, kawasan utara Ethiopia,
lain dari yang lain. Sebuah
samudera mulai terbentuk
dengan kecepatan luar biasa,
untuk ukuran standar geologi.
Pada tahun 2005, Dereje
Ayalew dan rekan-rekannya
yang merupakan geolog dari
Addis Ababa University
terkejut, dan bahkan
ketakutan. Bagaimana tidak,
mereka baru saja turun dari
helikopter dan menginjakkan
kaki di dataran gurun di
Ethiopia, saat bumi yang
mereka pijak berguncang.
Sontak, pilot berteriak
memanggil mereka kembali
ke helikopter, dan benar saja.
Seketika itu Bumi terbelah.
Retakan tanah membuka
dengan cepat dan bergerak
menuju ke arah peneliti
layaknya ritsleting yang
membuka.
Setelah beberapa saat, tanah
berhenti bergerak dan setelah
pulih dari keterkejutannya,
Ayalew dan rekan-rekannya
menyadari bahwa mereka
baru saja menyaksikan
sejarah. Untuk
pertamakalinya, manusia
dapat menyaksikan tahap
pertama lahirnya sebuah
samudera.
Fenomena Abnormal
Normalnya, perubahan yang
terjadi pada permukaan Bumi
nyaris tidak kentara. Seumur
hidup manusia terlalu singkat
untuk menyaksikan sungai
berbelok arah, gunung
bertambah tinggi, atau
terbukanya lembah baru.
Akan tetapi, di Afar, dalam
beberapa bulan muncul
ratusan celah yang
memisahkan dasar gurun. Di
saat yang sama, ilmuwan
mendapati kenaikan
ketinggian magma dari dalam
Bumi semakin mendekati
permukaan tanah.
Magma ini nantinya akan
membentuk basal yang
menjadi dasar samudera.
Secara geologi, Seperti dikutip
dari Spiegel, 13 Desember
2010, tak lama kemudian air
dari Laut Merah akan
memenuhi kawasan yang
turun tersebut. Samudera
akan lahir dan memecah
Afrika.
Fenomena dramatis yang
disaksikan Ayalew dan rekan-
rekannya di gurun pasir Afar
pada 26 September 2005 lalu
merupakan bukti nyata proses
itu. Terbukanya celah diikuti
gempa bumi yang berlangsung
terus menerus selama
seminggu.
Dalam beberapa bulan
kemudian, ratusan celah lain
muncul di tanah, menyebar di
kawasan seluas sekitar 900
kilometer persegi. “Bumi tidak
berhenti bergerak
setelahnya, ” kata Tim Wright,
geofisikawan dari University of
Oxford. “Tanah masih terus
terbelah dan tenggelam.
Gempa bumi kecil masih terus
mengguncang kawasan itu, ”
ucapnya.
Segitiga Afar, yang memotong
Ethiopia, Eritrea, dan Djibouti,
merupakan retakan terbesar
di Bumi. Di bawahnya, ada
tiga lempeng tektonik di mana
lempeng Afrika dan Arab
semakin menjauh dengan
kecepatan 1 sampai 2
sentimeter per tahun. Ketika
dua lempeng bergerak
menjauh, tanah di atasnya
anjlok dan menyediakan ruang
untuk menampung air dari
Laut Merah.
Pergerakan Tektonik
Lempeng bumi yang terus
bergerak mengakibatkan
Segitiga Afar tenggelam
dengan cepat. Bagian tertentu
sudah turun hingga lebih dari
100 meter di bawah
permukaan laut.
Saat ini, dataran tinggi yang
mengelilingi penurunan Afar
masih mampu mencegah air
dari Laut Merah masuk ke
kawasan ini. Akan tetapi, erosi
dan pergerakan lempeng
tektonik terus menurunkan
ketinggian benteng alami
tersebut. Belum lagi banjir
yang rutin melanda kawasan
itu.
Sumber magma Afrika adalah
sebuah aliran batuan lunak
raksasa di perut Bumi dan
memotong melintasi benua
Afrika. Proses pergerakan
magma ini dimulai sekitar 30
juta tahun lalu saat
pertamakali lava berhasil
mencapai lempeng benua dan
kemudian memisahkan
semenanjung Arab dengan
Afrika dan menghasilkan Laut
Merah.
Rangkaian gunung berapi yang
berjajar sepanjang sekitar 6
ribu kilometer di bagian timur
Afrika juga memberikan bukti
bahwa benua Afrika sedang
terbelah. Di beberapa bagian,
kerak bumi sudah mulai
terbuka dan memungkinkan
magma di bawahnya
merangsak naik.
Dari Laut Merah di utara,
sampai ke Mozambik di
selatan, lusinan gunung berapi
telah terbentuk. Gunung
Kilimanjaro dan Nyiragongo
merupakan dua yang
terpopuler.
Menurut geofisikawan, dalam
10 juta tahun ke depan,
gunung-gunung berapi aktif ini
dan juga kawasan dataran di
sekitar retakan-retakan Afar,
pada akhirnya akan
tenggelam ke dalam laut.

No comments:

Post a Comment