Thursday, December 23, 2010

Orang Kediri Sukses di NegeriJepang

VIVAnews - INSPIRASI besar
memang bisa datang dari
mana saja, termasuk dari film
animasi untuk anak-anak.
Anda mungkin tak pernah
mengira, sebuah film anime
Jepang ternyata bisa
mengilhami penemuan penting
yang merevolusi anggapan tak
terpatahkan di jagat transmisi
telekomunikasi nirkabel.
Tapi cerita itulah yang terjadi
pada diri Khoirul Anwar,
dosen sekaligus peneliti asal
Indonesia yang bekerja di
laboratoriom Information
Theory and Signal Processing,
Japan Advanced Institute of
Science and Technology, di
Jepang.
Saat terdesak karena harus
mengajukan tema penelitian
untuk mendapatkan dana
riset, Khoirul memeras
otaknya. Akhirnya ide itu
muncul juga dari Dragon Ball
Z, film animasi Jepang yang
kerap ia tonton.
Ketika Goku, tokoh utama
Dragon Ball Z, hendak
melayangkan jurus
terdahsyatnya, 'Genki Dama'
alias Spirit Ball, Goku akan
menyerap semua energi
mahluk hidup di alam,
sehingga menghasilkan tenaga
yang luar biasa.
"Konsep itu saya turunkan
formula matematikanya untuk
diterapkan pada penelitian
saya," kata Khoirul, kepada
VIVAnews melalui surat
elektroniknya, Jumat 13
Agustus 2010.
Maka inspirasi itu kini
mewujud menjadi sebuah
paper bertajuk "A Simple
Turbo Equalization for Single
Carrier Block Transmission
without Guard Interval."
Khoirul memisalkan jurus
Spirit Ball Goku sebagai Turbo
Equalizer (dekoder turbo)
yang mampu mengumpulkan
seluruh energi dari blok
transmisi yang ter-delay,
maupun blok transmisi
terdahulu, untuk melenyapkan
distorsi data akibat
interferensi gelombang.
Asisten Profesor berusia 31
tahun itu dapat mematahkan
anggapan yang awalnya 'tak
mungkin' di dunia
telekomunikasi. Kini sebuah
sinyal yang dikirimkan secara
nirkabel, tak perlu lagi
diperisai oleh guard interval
(GI) untuk menjaganya kebal
terhadap delay, pantulan, dan
interferensi. Turbo equalizer-
lah yang akan membatalkan
interferensi sehingga receiver
bisa menerima sinyal tanpa
distorsi.
Dengan mengenyahkan GI,
dan memanfaatkan dekoder
turbo, secara teoritis malah
bisa menghilangkan rugi daya
transmisi karena tak perlu
mengirimkan daya untuk GI.
Hilangnya GI juga bisa diisi
oleh parity bits yang bisa
digunakan untuk memperbaiki
kesalahan akibat distorsi
(error correction coding).
"GI sebenarnya adalah
sesuatu yang ‘tidak berguna’
di receiver selain hanya untuk
menjadi pembatas. Jadi
mengirimkan power untuk
sesuatu yang ‘tidak berguna’
adalah sia-sia," kata Khoirul.
Gagasan ini sendiri, dikerjakan
Khoirul bersama Tadashi
Matsumoto, profesor utama di
laboratorium tempat Khoirul
bekerja. Saat itu ia dan
Tadashi hendak mengajukan
proyek ke Kinki Mobile
Wireless Center.
Setelah menurunkan formula
matematikanya secara
konkrit, Khoirul meminta
rekannya Hui Zhou, untuk
membuat programnya.
Metode ini bisa dibilang
mampu memecahkan problem
transmisi nirkabel. Apalagi ia
bisa diterapkan pada hampir
semua sistem telekomunikasi,
termasuk GSM (2G), CDMA
(3G), dan cocok untuk
diterapkan pada sistem 4G
yang membutuhkan kinerja
tinggi dengan tingkat
kompleksitas rendah.
Ia juga bisa diterapkan
Indonesia, terlebih di kota
besar yang punya banyak
gedung pencakar langit,
maupun di daerah
pegunungan. Sebab di daerah
tadi biasanya gelombang yang
ditransmisikan mengalami
pantulan dan delay lebih
panjang.
Tak heran bila temuan ini
membesut penghargaan Best
Paper untuk kategori Young
Scientist pada Institute of
Electrical and Electronics
Engineers Vehicular
Technology Conference (IEEE
VTC) 2010-Spring yang digelar
16-19 Mei 2010, di Taiwan.
Kini hasil temuan yang telah
dipatenkan itu digunakan oleh
sebuah perusahaan elektronik
besar asal Jepang. Bahkan
teknologi ini juga tengah
dijajaki oleh raksasa
telekomunikasi China, Huawei
Technology.

No comments:

Post a Comment