Thursday, December 23, 2010

Cahaya Ajaib dari Utara Bumi

VIVAnews - Cahaya Utara atau
aurora borealis berangsur-
angsur mereda dan mencapai
titik terendah. Dan cahaya ini
tetap memberikan lukisan
langka dan tetap cantik di
langit dalam 100 tahun
terakhir.
Institut Meteorologi Finlandia
menjelaskan bahwa aurora
borealis umumnya mengikuti
'siklus matahari' 11 tahunan,
di mana frekuensi fenomena
meningkat hingga maksimum
dan kemudian berangsur-
angsur memasuki fase
minimum, setelah itu kembali
mengulangi siklus.
"Siklus minimum matahari
sebenarnya sudah terjadi 2008,
tapi hal ini (siklus minimum)
malah terjadi terus menerus,"
kata peneliti Noora Partamies
seperti dikutip dari yahoo
news. Di tengah tahun ini,
peneliti masih melihat
peningkatan aktivitas
matahari, namun mereka
tidak bisa memastikan apakah
aktivitas ini sudah keluar dari
level minimum atau belum.
Cahaya Utara yang
menampakkan pola cantik
seperti nyala api yang
dihasilkan dari benturan angin
dari matahari dengan bumi
yang kemudian ditarik ke
kutub magnet. Sebenarnya,
fenomena cantik ini
menimbulkan kerusakan pada
bagian atmosfer, yakni
ionosfer dan magnetosfer.
Fenomena tahapan minumum
aurora di atas, menurut
peneliti, dapat juga diartikan
sebagai sinyal meredanya
badai di matahari karena
angin dari pusat tata surya ini
berkurang.
Untuk kali pertama, bagi
peneliti seperti Partamies,
fenomena ini bisa dipantau
dan diteliti menggunakan
stasiun observasi modern,
bagaimana dampak terburuk
dari dari sebuah siklus
matahari ini.
"Kami menunggu apa yang
akan terjadi. Apakah siklus
maksimum akan tepat waktu,
atau mungkin terlambat.
Apakah ini akan besar?" kata
dia. Hal ini terkait dengan
pemberitaan sebelumnya
bahwa badai matahari
diperkirakan mencapai
puncaknya pada 2013. Badai
ini diduga akan membawa
malapetaka pada bumi.
Selama siklus puncak pada
tahun 2003, stasiun di pulau
Svalbard Norwegia dekat
Kutub Utara, menunjukkan
bahwa cahaya utara terlihat
hampir setiap malam, satu
musim auroral. (sj)

No comments:

Post a Comment