Thursday, December 23, 2010

Gunung Toba PemusnahManusia?

VIVAnews - Letusan Gunung
Toba yang melontarkan jutaan
metrik ton debu volkanik,
sulfur, dan partikel-partikel
lain ke atmosfir pada 74 ribu
tahun yang lalu disebut-sebut
menyebabkan penggelapan
langit, penurunan suhu global
hingga 10 derajat Celcius
selama hampir satu dekade
dan membinasakan sebagian
besar umat manusia.
Ternyata, dari penelitian
terbaru, efek cuaca yang
disebabkan letusan Toba lebih
ringan dan reda relatif lebih
cepat dibanding perkiraan
yang dibuat oleh pada
arkeolog dan klimatolog
sebelumnya. Manusia yang
mengalami bencana letusan
Toba itu diperkirakan berhasil
melewatinya dengan selamat.
Meski dari sejumlah penelitian
mengungkapkan bahwa
letusan Toba yang kini
meninggalkan danau volkanik
terbesar di dunia itu
menggelapkan dan
membekukan dunia,
menggunakan data letusan
gunung Pinatubo, Filipina
tahun 1991, Stephen Self,
volkanologis dari Open
University, Milton Keynes,
Inggris dan Michael Rampino,
paleobiologis dari New York
University, menyatakan bahwa
efek pendinginan suhu akibat
letusan Toba hanya mencapai
3 sampai 5 derajat saja.
Berdasarkan data yang
didapat dari situs arkeologi di
India, tim antropolog
University of Oxford, Inggris,
yang dipimpin oleh Michael
Petraglia menyebutkan bahwa
manusia yang tinggal tidak
jauh dari zona letusan justru
malah berhasil melewati
bencana tersebut dengan
mudah.
Untuk mencari titik terang,
tim peneliti yang dipimpin oleh
Claudia Timmreck, dari Max-
Planck Institute for
Meteorology di Hamburg,
Jerman membuat pemodelan
yang mampu menggambarkan
lebih realistis (meski metode
ini juga memiliki beberapa
kekurangan) apa yang terjadi
saat Toba meletus.
Peneliti fokus ke bagaimana
partikel sulfate aerosol yang
terbentuk di stratosfir akibat
letusan sulfur dioksida yang
mengandung gas
mendinginkan atmosfir
dengan cara memantulkan
sinar matahari. Dari data yang
didapat, dan disesuaikan
dengan asumsi yang sudah
dibuat sebelumnya, diketahui
bahwa Toba mengirimkan
sekitar 850 juta metrik ton
sulfur ke atmosfir. Angka ini
100 kali lebih banyak
dibanding setoran gunung
Pinatubo ke atmosfir.
Dari simulasi juga diketahui
bahwa dampak Toba memang
hanya menurunkan suhu
sebanyak 3 sampai 5 derajat
Celcius di seluruh dunia. Akan
tetapi, konsentrasi sulfur
tidaklah padat dan segera
hilang dari stratosfir selama 2
sampai 3 tahun saja.
Perubahan temperatur secara
ekstrim yang terjadi di Afrika
dan India hanya berlangsung
selama 1 sampai 2 tahun. Di
kawasan ini, di tahun pertama
suhu turun 10 derajat dan 5
derajat di tahun kedua.
Menurut Timmreck, seperti
dikutip dari ScienceMag, 25
November 2010, Toba juga
tidak memusnahkan flora dan
fauna. Namun Timmreck
mengakui, kehidupan di masa-
masa tersebut memang sulit.
Michael Petraglia
berpendapat, Toba memang
bukanlah penyebab utama
anjloknya jumlah populasi
manusia di era tersebut. Akan
tetapi Toba membuat situasi
menjadi makin parah. Langkah
selanjutnya, kata Petraglia,
peneliti masih harus
melanjutkan hasil temuan
simulasi tersebut dengan
observasi langsung di kawasan
sekitar Toba untuk
mengetahui secara lebih
akurat dampak lingkungan
yang terjadi. (umi)
Baca juga:
Foto Toples Dewi Persik
Beredar
Krisdayanti Bahagia Bertemu
Anang
Gempa Mengintai Jakarta
Sebelum Menikah, Perempuan
Dilarang Pakai HP

No comments:

Post a Comment